Minggu, 11 Desember 2022

Penilaian dan Evaluasi dalam Pemahaman UbD

Implementasi Understanding by Design Dalam Pembelajaran

Elsa Septyana (2553A31043) 

Abstrak

Pengembangan kurikulum merupakan upaya untuk memperbaiki dan mengevaluasi penggunaan kurikulum. Pengembangan kurikulum model understanding by design merupakan model pengembangan kurikulum menggunakan backward design. Backward design merupakan model dari result-focused design terdiri atas tiga kegiatan pokok, yaitu: (1) menetapkan hasil yang diinginkan, (2) menetapkan bukti-bukti atau indikator ketercapaian hasil tersebut, dan (3) merancang pengalaman belajarnya. Implementasi UbD dalam pembelajaran terdiri atas tiga tahapan yaitu menentukan hasil yang diinginkan, melakukan evaluasi atau asesmen, dan merancang proses pembelajaran. Implementasi UbD di Indonesia belum sepenuhnya diterapkan karena berbagai faktor antara lain: minimnya literatur tentang UbD, pelaksanaan UbD membutuhkan waktu yang lama, dan kurangnya pemahaman tentang UbD. Hasil pembelajaran yang diharapkan dalam implementasi UbD yaitu peserta didik diharapkan mampu menjelaskan, menginterpretasikan, mengaplikasikan, memiliki sudut pandang, empati dan pengetahuan pribadi. Peran guru dalam implementasi UbD dapat dilakukan dengan cara: (1) merancang kegiatan pembelajaran, (2) melakukan asesmen diagnostik untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik, (3) melakukan pengamatan keaktifan peserta didik, (4) melaksanakan pembelajaran berdasarkan rancangan pembelajaran, (5) melakukan evaluasi.

Kata Kunci: UbD, implementasi dalam pembelajaran, hasil pembelajaran, peran guru.

A.    Pendahuluan

Membuat model rancangan kurikulum merupakan tuntunan dalam rangka mengembangkan kurikulum. Pengembangan kurikulum harus berdasarkan prinsip-prinsip tertentu. Prinsip yang dianut di dalam pengembangan kurikulum merupakan kaidah, norma, pertimbangan, atau aturan yang menjiwai kurikulum tersebut. Penggunaan prinsip “pendidikan seumur hidup”, umpamanya, mewajibkan pengembangan kurikulum dengan mensistemkan kurikulumnya sedemikian rupa sehingga tamatan pendidikan dengan kurikulum itu paling tidak mampu mendidik lebih lanjut dan memiliki semangat belajar yang tinggi dan lestari. Pengembangan kurikulum dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang di dalam kehidupan sehari-hari atau menciptakan sendiri prinsip-prinsip yang baru. Oleh sebab itu, mungkin saja terjadi prinsip pengembangan kurikulum di suatu sekolah berbeda dengan prinsip yang digunakan sekolah lain.

Para ahli kurikulum berupaya merumuskan macam-macam desain kurikulum. Eisner dan Vallance menyebutnya menjadi lima jenis, yaitu model pengembangan proses kognitif, kurikulum sebagai teknologi, kurikulum sebagai aktualisasi diri, kurikulum sebagai rekonstruksi sosial, dan kurikulum rasionalisasi akademis. Mc Neil membagi desain kurikulum menjadi empat model, yaitu model kurikulum humanistik, kurikulum rekonstruksi sosial, kurikulum teknologi, dan kurikulum sumbek akademik.

Saylor, Alexander, dan Lewis (2008) membagi desain kurikulum menjadi kurikulum subject matter disiplin, kompetensi yang bersifat spesifik atau kurikulum teknologi, kurikulum sebagai proses, kurikulum sebagai fungsi sosial, dan kurikulum yang berdasarkan minat individu. Sedangkan Shane membagi desain kurikulum menjadi empat desain, yaitu desain kurikulum yang berorientasi pada masyarakat, desain kurikulum yang berorientasi pada anak, desain kurikulum yang berorientasi pada pengetahuan, dan desain kurikulum yang bersifat eklektik. Esensi dari pengembangan kurikulum adalah proses identifikasi, analisis, sintesis, evaluasi, pengambilan keputusan, dan kreasi elemen-elemen kurikulum.

Proses pengembangan kurikulum harus dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Untuk itu, para pengembang kurikulum perlu memperhatikan prinsip- prinsip pengembangan kurikulum agar bisa bekerja secara mantap, terarah, dan hasilnya bisa dipertanggungjawabkan. Produk dari proses pengembangan kurikulum tersebut diharapkan akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat, perkembangan zaman serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, adanya berbagai prinsip pengembangan kurikulum menunjukkan bahwa kurikulum merupakan suatu disiplin ilmu tersendiri.

Pengembangan kurikulum yang sudah berkembang salah satunya yaitu model Understanding by Design. UbD menggunakan model backward design, dimana suatu rancangan pembelajaran disusun dari belakang yaitu berawal dari penentuan tujuan pembelajaran kemudian evaluasi dan kegiatan yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Pengembangan model UbD dimaksudkan agar guru mampu memahami kebutuhan peserta didik, sehingga guru dapat melaksanakan pembelajaran yang efektif.

Pengembangan kurikulum UbD diharapkan   mampu            menciptakan pembelajaran yang efektif. Artikel ini akan membahas tentang model pengembangan kurikulum UbD yang diimplementasikan dalam pembelajaran, analisis implementasi UbD di Indonesia, hasil pembelajaran peserta didik yang diharapkan dalam kerangka UbD, dan peran guru dalam implementasi UbD.

B.     Backward Design

Wiggins & McTighe (2006:7) mengemukakan adanya dua jenis fokus dalam perancangan pembelajaran, yaitu: (a) content-focused design, dan (b) resultfocused design. Guru harus merancang tujuan dan cara mencapai tujuan tersebut. Sebagai contoh jika siswa diminta membaca, guru harus menjelaskan apa yang harus dibaca, bagaimana cara membacanya, apa yang harus dihasilkan dari kegiatan membaca tersebut, kemungkinan bantuan apa saja yang harus diberikan agar maksimal hasil membacanya, bagaimana cara membagikan apa yang sudah dipahami dari bacaan tersebut dan lain sebagainya.

Backward Design merupakan model dari result-focused design yang terdiri atas tiga kegiatan pokok, yaitu: (1) menetapkan hasil yang diinginkan, (2) menentapkan bukti-bukti atau indikator ketercapaian hasil tersebut, dan (3) merancang pengalaman belajarnya. Menurut Fox dan Doherty (2012: 5), backward design mampu menghasilkan perangkat pembelajaran yang dapat meningkatkan ‘communication literacy’ siswa. Pendapat ini didukung oleh Burson (2011), yang menyatakan bahwa backward design mampu membangun perilaku positif siswa di kelas (termasuk kedisiplinan dalam mengerjakan tugas), serta perhatian dan partisipasi siswa.

C.    Implementasi UbD dalam Pembelajaran

Pengembangan kurikulum model UbD dapat diterapkan guru dalam proses pembelajaran. Hal tersebut dapat diimplementasikan pada saat guru merancang desain pembelajaran. 

Contoh penerapan UbD dalam pembelajaran matematika:

Tahap 1. Hasil yang Diinginkan

Tujuan yang Ditetapkan:

Siswa didik memahami konsep bruto, netto, dan tara

 

Pemahaman:

Pertanyaan Penting:

Apa ide besarnya?

Mengenalkan konsep bruto, netto dan tara untuk menyelesaikan permasalahan sehari-hari

 

Apakah berat yang tercantum pada kemasan snack adalah berat keseluruhan? Ataukah hanya berat snack yang ada di dalamnya?

Bagaimana dengan berat dari kemasan? Apakah berpengaruh pada berat yang tercantum dalam kemasan?

Pemahaman spesifik apa yang diinginkan?

Siswa dapat menyimpulkan pengertian, rumus, dan penerapan konsep bruto, netto, tara untuk menyelesaikan permasalahan sehari-hari

 

 

Kesalahpahaman apa yang dapat diprediksi?

Kesalahan dalam menafsirkan pengertian bruto, netto, tarra dan menerapkan rumusnya

 

 

1.      Peserta didik akan memahami apa itu bruto, netto dan tara serta kaitan antara ketiganya

2.      Peserta didik dapat menentukan bruto, netto dan tara dari suatu keterangan yang tercantum pada suatu kemasan

Tahap 2. Menentukan bukti penilaian

Tugas Kinerja:

1.      Tugas Kinerja Otentik

·         Peserta didik memahami bruto, neto dan tara dengan cara memperhatikan kemasan jajanan yang dibawa

·         Peserta didik membuktikan bruto, neto dan tara dengan cara menimbang jajanan tersebut dengan timbangan yang disediakan.

·         Peserta didik dapat menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan bruto, neto, dan tara.

2.      Kriteria Penilaian

·         Peserta didik dapat membedakan bruto neto dan tara dengan tepat.

·         Peserta didik dapat menghitung bruto, neto dan tara dengan tepat.

·         Peserta didik dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan bruto, neto dan tara dalam kehidupan sehari-hari.

Bukti lainnya:

·         Melalui LKPD yang di dalamnya berisi hasil siswa mencoba menemukan konsep bruto, neto dan tara.

·         Peserta didik mengerjakan mengerjakan kuis atau soal yang berkaitan dengan permasalahan kehidupan sehari-hari.

·         Peserta didik dapat menyampaikan atau menjelaskan kembali inti dari materi yang telah dipelajari pada akhir pembelajaran

 

Cara merefleksikan :

·         Peserta didik mampu  memahami konsep bruto, neto dan tara sehingga dapat membedakan bruto, neto dan tara dengan tepat.

·         Peserta didik dapat menemukan penyelesaian yang benar serta tepat  dari permasalahan mengenai bruto, neto dan tara.

·         Peserta didik dapat memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan bruto, neto dan tara dalam kehidupan sehari-hari.

 

Tahap 3. Rencana Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran

1.      Guru memberikan sebuah permasalahan pemantik kepada peserta didik berkaitan dengan konsep dari bruto, netto, dan tara.

Pak andi memiliki sebuah kotak apel yang terbuat dari kayu yang menampung apel yang memenuhi kotak tersebut sehingga kotak tersebut memiliki berat 25 kg. Pak andi akan berjualan apel tersebut sehingga apel tersebut dikeluarkan dari kotak tersebut, dan ketika kotak tersebut di timbang beratnya. Kotak tersebut memiliki berat 5 kg. Berapakah berat seluruh apel yang dikeluarkan pada kotak?



2.      Guru mengaitkan permasalahan tersebut dengan tujuan pembelajaran dan manfaat mempelajari materi aritmatika sosial

3.      Untuk memotivasi siswa, guru akan menanyakan cita-cita anak. Setelah itu mengaitkan cita-cita tersebut dengan mempelajari aritmatika sosial

4.      Selanjutnya guru akan menghubungkan materi sebelumnya untuk menguatkan materi. Materi prasyarat tersebut adalah Operasi Bilangan Bulat, Pecahan, Persentase, Aljabar

5.      Guru akan menanyakan ke siswa apa yang ia peroleh dari permasalahan tersebut.

6.      Guru akan membimbing siswa untuk menemukan konsep bruto,, netto, dan tara.

7.      Untuk menguatkan konsep, guru memberikan LKPD yang dikerjakan secara kelompok. Yang sebelumnya membentuk kelompok diskusi sebanyak 4 orang.

8.      Guru akan membimbing dan mengorganisasi berjalannya kelompok diskusi

 

D.    Implementasi UbD di Indonesia

Pengembangan kurikulum di Indonesia sudah terjadi. Hal tersebut terbukti bahwa terus berubahnya kurikulum seiring dengan perkembangan zaman. Perubahan kurikulum dimaksudkan agar pendidikan menjadi lebih baik sesuai kebutuhan pendidikan.

Model pengembangan kurikulum diprakarsai oleh para tokoh seperti Tyler, Taba dan Olivia yang mengemukakan model pengembangan kurikulum. Selain dari para tokoh tersebut pengembangan kurikulum juga dikembangkan oleh Wiggins dan McTighe. Model pengembangan kurikulum dari Wiggins dan McTighe yaitu understanding by design.

Wiggins dan McTighe (2006:7) mendefinisikan understanding by design sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang meningkatkan pemahaman secara mendalam dan keterlibatan siswa, desain pembelajaran ini berorientasi dari hasil belajar atau cara berpikir tentang pembelajaran, penilaian dan pengajaran yang menempatkan siswa di tengah proses pembelajaran.

Pengembangan UbD di Indonesia belum sepenuhnya diterapkan. Hal tersebut dikarenakan karena minimnya literatur tentang UbD, kurangnya pemahaman tentang UbD sehingga para praktisi pendidikan belum menerapkan UbD sevagai model pengembangan kurikulum.

Penerapan UbD di Indonesia mulai diterapkan dalam kurikulum merdeka. Dalam proses pembelajaran merdeka belajar guru diberikan kebebasan untuk merancang proses pembelajaran. Guru merancang pembelajaran berdasarkan kebutuhan peserta didik. Guru melakukan asesmen diagnostik untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik sehingga guru akan lebih mudah merancang proses pembelajaran.

Kelebihan dari rancangan perencanaan pembelajaran dengan UbD:

1.      Mengutamakan kekonsistenan langkah pembelajaran dan soal evaluasi dengan tujuan pembelajaran.

2.      Sangat jelas hasil akhir apa yang akan dan ingin dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran.

3.      Langkah pembelajaran disusun dengan WHERE TO dan soal dibuat sesuai dengan tujuan utama dan pemahaman yang ingin dicapai secara kontekstual.

4.      Dalam proses pembelajaran peserta didik berada pada pemikiran yang lebih tinggi.

E.     Hasil Pembelajaran yang Diharapkan

Penerapan UbD dalam pembelajaran memiliki tujuan atau hasil yang diharapkan dalam proses pembelajaran. Suatu pemahaman akan ditunjukkan melalui suatu bukti. Bukti seorang siswa memahami dalam pendekatan UbD ditunjukkan melalui 6 aspek sebagai berikut (Wiggins dan McTighe, 2006):

1.      Mampu Menjelaskan (Explanation)

2.      Mampu Menginterpretasikan (Interpretation)

3.      Mampu Mengaplikasikan (Application)

4.      Memiliki Sudut Pandang (Has Perspective)

5.      Mampu Berempati (Empathy)

6.      Memiliki Pengetahuan Diri (Has Self-Knowledge)

F.     Peran Guru dalam Implementasi UbD

Peran guru dalam implementasi UbD yaitu:

1.      Guru merancang kegiatan pembelajaran dengan membuat RPP berdasarkan tahapan UbD;

2.      Guru melakukan asesmen diagnostik untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik;

3.      Guru melakukan pengamatan terhadap keaktifan peserta didik;

4.  Guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan rancangan kegiatan pembelajaran yang disusun;

5.      Guru melakukan evaluasi pembelajaran.

G.    Daftar Pustaka

Arifin, S. Zainal. 2011. Konsep dan Model Pengembangan   Kurikulum. Bandung: Rosda.

Wiggins, Grant and McTinghe, Jay. 2006. Understanding by Design. New Jersey : Pearson Education

Arifin, Zainal. 2011. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Hamalik, H Oemar. 2009. Dasar-Dasar Pengembangan       Kurikulum. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Fox, B. E. and Doherty, J. J. 2012. Design to Learn and Learn to Design:Using Backward Design for Information Literacy Instruction. Communications in Literacy. Volume 5. Issue No 2.

Hilda Taba, 1962. Curriculum Development: Theory and Practice New York: Hartcourt, Brace & Wolrd, Inc.

1.      Rumuskanlah lima hasil yang diinginkan sesuai dengan aspek pemahaman dalam UbD serta tentukan bukti penilaiannya!

JAWAB:

A.    Kemampuan Menjelaskan

Aspek Kemampuan Menjelaskan

Poin 1

Poin 2

Poin 3

Akurat

Peserta didik menyampaikan informasi yang kurang tepat

Peserta didik menyampaikan informasi yang benar namun dengan satu kesalahan

Peserta didik menyampaikan informasi yang benar

Koheren

Peserta didik tidak mampu mengaitkan dengan materi prasyarat sama sekali

Peserta didik mampu mengaitkan dengan materi prasyarat walau belum mendetail

Peserta didik mampu mengaitkan dengan materi prasyarat secara mendetail

Sistematis

Peserta didik tidak mampu menjelaskan materi secara sama sekali

Peserta didik mampu menjelaskan materi  walaupun belum urut.

Peserta didik mampu menjelaskan materi  secara urut.

Dibenarkan

Peserta didik hanya mengungkapkan pengetahuan yang dimiliki yang berasal dari pendapat orang lain bukan pendapatnya sendiri serta tidak dapat membuktikan pengetahuan yang diungkapkan adalah benar.

Peserta didik mampu mengungkapkan pengetahuan yang dimiliki dari pendapatnya sendiri namun tidak dapat membuktikan pengetahuan yang diungkapkan adalah benar.

Peserta didik mampu mengungkapkan pengetahuan yang dimiliki, pengetahuan berasal dari pendapatnya sendiri, mampu menjabarkan secara rinci, dan dapat membuktikan pengetahuan yang diungkapkan adalah benar.

Prediktif

Peserta didik tidak dapat memprediksi suatu konsep

Dapat memprediksi suatu  konsep  dengan benar, tetapi tidak dapat mengaitkan dengan konsep sebelumnya

Dapat memprediksi suatu  konsep  dengan benar dan mengaitkan dengan konsep sebelumnya

 

B.     Kemampuan Menginterpretasi

Aspek Kemampuan Menginterpretasi

Point 1

Point 2

Point 3

Bermakna

tidak dapat menjelaskan hubungan antara antara materi sebelumnya dan materi yang akan dipelajari.

dapat menjelaskan hubungan antara materi sebelumnya dan materi yang akan dipelajari dengan kurang lengkap.

dapat menjelaskan hubungan materi sebelumnya dan materi yang akan dipelajari dengan jelas.

Berbagai wawasan

tidak menggunakan berbagai sumber dalam menafsirkan permasalahan.

Menggunakan 1 sumber dalam menafsirkan permasalahan.

Menggunakan lebih dari 1 sumber dalam menafsirkan permasalahan.

Signifikan

tidak mampu menuliskan hal-hal penting yang diketahui dan ditanyakan

Dapat menuliskan hal-hal penting yang diketahui dan ditanyakan tetapi tidak menunjukan kebenaran.

mampu menuliskan hal-hal penting yang diketahui dan ditanyakan dengan tepat

ilustratif

tidak dapat menerangkan gambaran masalah

dapat menerangkan tetapi tidak menggambarkan masalah

dapat menerangkan gambaran masalah dengan jelas

Membuat jelas

tidak bisa menafsikan dengan jelas / menimbulkan penafsiran lain.

Dapat menafsirkan tetapi menimbulkan panafsiran lain

Dapat menafsirkan dengan jelas dan tidak menimbulkan penafsiran lain

 

C.    Kemampuan Mengaplikasikan

Aspek Kemampuan Aplikasi

Poin 1

Poin 2

Poin 3

Efektif

Peserta didik tidak mampu mengaplikasikan pengetahuan secara cermat dalam mengerjakan soal matematis.

Peserta didik mampu mengaplikasikan pengetahuan secara cermat dalam mengerjakan soal matematis. Namun tidak dapat menuliskan tujuan dengan tepat.

Peserta didik mampu mengaplikasikan pengetahuan secara cermat dalam mengerjakan soal matematis. Serta mampu menuliskan tujuan dengan tepat.

Efisien

Peserta didik tidak

mampu mengaplikasikan

pengetahuan sesuai

dengan prosedur dan

langkah langkah yang

benar.

Peserta didik mampu mengaplikasikan pengetahuan sesuai dengan prosedur dan langkah langkah yang benar. Peserta didik menyelesaikan dalam waktu yang lambat.

Peserta didik mampu mengaplikasikan pengetahuan sesuai dengan prosedur dan langkah langkah yang benar. Serta mampu menyelesaikannya dalam waktu yang cepat.

Fasih

Peserta didik tidak lancar dan tidak cakap dalam mengaplikasikan pengetahuan dalam suatu pemecahan masalah matematis dan masalah kontekstual.

Peserta didik lancar dan cakap dalam mengaplikasikan pengetahuan dalam suatu pemecahan masalah matematis dan masalah kontekstual namun tidak secara ajeg /konsisten.

Peserta didik lancar dan cakap dalam mengaplikasikan pengetahuan dalam suatu pemecahan masalah matematis dan masalah kontekstual secara ajeg/konsisten.

Adaptif

Peserta didik tidak mampu menyesuaikan diri mengatasi hambatan dan kesulitan secara ajeg /konsisten.

Peserta didik mampu menyesuaikan diri mengatasi hambatan dan kesulitan secara ajeg / konsisten.

Peserta didik mampu menyesuaikan diri mengatasi hambatan dan kesulitan secara ajeg / konsisten. Serta secara pribadi dapat mempengaruhi lingkungan.

Anggun (graceful)

Peserta didik tidak mampu menunjukkan perilaku berbudi bahasa yang baik serta ajeg /konsisten.

Peserta didik mampu menunjukkan perilaku dan berbudi bahasa yang baik secara ajeg / konsisten.

Peserta didik mampu menunjukkan perilaku dan berbudi bahasa yang baik secara ajeg / konsisten. Serta menggunakan kalimat yang mudah dipahami.

 

D.    Memiliki Perspektif

Aspek Kemampuan Perspektif

Poin 1

Poin 2

Poin 3

Kredibel

Peserta didik tidak memperoleh informasi yang dapat diterima dan dapat dipercaya sebagai bukti yang konkret dan bisa dipertanggungjawabkan.

Peserta didik memperoleh informasi namun tidak dapat diterima dan dipercaya sebagai bukti yang konkret dan bisa dipertanggungjawabkan.

Peserta didik memperoleh informasi yang dapat diterima dan dapat dipercaya sebagai bukti yang konkret dan bisa dipertanggungjawabkan.

Mengungkap

Peserta didik tidak mendapatkan pengetahuan atau pemahaman baru dari sudut pandang mereka mengenai permasalahan yang sedang diamati

Peserta didik memperoleh gagasan tanpa diberi instruksi dan rangsangan sebelumnya

Peserta didik mengungkapkan gagasannya secara natural

 

Wawasan

Peserta didik tidak mendapatkan pengetahuan atau pemahaman baru dari sudut pandang mereka mengenai permasalahan yang sedang diamati.

Peserta didik mendapatkan pengetahuan atau pemahaman baru dari sudut pandang mereka namun belum mampu menyelesaikan permasalahan yang sedang diamati

Peserta didik mendapatkan pengetahuan atau pemahaman baru dari sudut pandang mereka dan mampu menyelesaikan permasalahan yang sedang diamati.

Masuk Akal

Peserta didik tidak dapat menjelaskan gambaran besar dari suatu hal secara logis.

Peserta didik dapat menjelaskan gambaran besar dari suatu hal namun tidak logis.

Peserta didik dapat menjelaskan gambaran besar dari suatu hal secara logis.

Tidak Biasa

Peserta didik tidak dapat menemukan penyelesaian dari suatu permasalahan

Peserta didik dapat menemukan penyelesaian dari suatu permasalahan namun masih menggunakan cara yang lebih rumit

Peserta didik dapat menemukan penyelesaian dari suatu permasalahan dengan cara yang lebih kreatif dan ringkas

 

E.     Kemampuan Berempati

Aspek Kemampuan Berempati

Poin 1

Poin 2

Poin 3

Sensitif

Peserta didik belum peka terhadap peserta didik lain yang kurang bisa memahami materi.

Peserta didik peka terhadap peserta didik lain yang kurang bisa memahami materi dengan memberikan bantuan menjelaskan ke peserta didik lain namun belum sampai memahamkan peserta didik lain tersebut.

Peserta didik peka terhadap peserta didik lain yang kurang bisa memahami materi dengan memberi bantuan menjelaskan ke peserta didik lain sampai peserta didik lain dapat memahami materi.

Terbuka

Peserta didik belum mampu memberikan pendapat dalam forum diskusi.

Peserta didik memberikan pendapat dalam forum diskusi dengan ragu-ragu.

Peserta didik mampu memberikan pendapat dalam forum diskusi dengan percaya diri

Reseptif

Peserta didik belum mampu menerima pesan dan kritikan yang bersifat terbuka terhadap pendapat dan saran dari orang lain.

Peserta didik hanya mampu menerima beberapa pesan dan kritikan yang bersifat terbuka terhadap pendapat dan saran dari orang lain.

Peserta didik mampu menerima pesan dan kritikan yang bersifat terbuka terhadap pendapat dan saran dari orang lain.

Perseptif

Peserta didik belum memahami materi pelajaran dengan ditunjukkan belum dapat mengerjakan soal permasalahan.

Peserta didik cepat memahami materi pelajaran dengan ditunjukkan dapat mengerjakan soal permasalahan, mampu menyelesaikan dengan satu macam cara.

Peserta didik cepat memahami materi pelajaran dengan ditunjukkan dapat mengerjakan soal permasalahan, mampu menyelesaikan dengan berbagai macam cara.

Taktis (tactful)

Peserta didik masih menggunaan kata negatif, belum menatap lawan bicara, dan belum mampu menyampaikan pesan dengan jelas.

Peserta didik mampu menghindari kata-kata negatif, menatap lawan bicara, namun belum mampu menyampaikan pesan dengan jelas.

 

 

Peserta didik mampu menghindari kata-kata negatif, menatap lawan bicara, dan mampu menyampaikan pesan dengan jelas.

 

F.     Memiliki Pengetahuan Diri

Aspek Kemampuan Pengetahuan Diri

Poin 1

Poin 2

Poin 3

Sadar diri

Peserta didik tidak mampu memahami perasaan dan perilaku diri sendiri serta mengungkapkan pikiran,perasaan, keyakinan dan pendapat dengan baik

Peserta didik mampu memahami perasaan dan perilaku diri sendiri tetapi tidak mampu mengungkapkan pikiran,perasaan, keyakinan dan pendapat dengan baik

Peserta didik mampu memahami perasaan dan perilaku diri sendiri serta mengungkapkan pikiran,perasaan, keyakinan dan pendapat dengan baik.

Metakognitif

Peserta didik tidak dapat menentukan apa yang diketahui dan ditanya dari permasalahan; serta tidak dapat mengetahui dampak dari pengetahuan sebelumnya pada konteks materi baru.

Peserta didik dapat menentukan apa yang diketahui dan ditanya dari permasalahan, menyusun rencana penyelesaian masalah dan langkah-langkah penyelesaian masalah tidak rinci dan runtut; serta dapat menunjukan bahwa pengetahuan sebelumnya memengaruhi pengalaman belajar pada konteks materi baru dengan tidak sistematis.

Peserta didik dapat menentukan apa yang diketahui dan ditanya dari permasalahan, menyusun rencana penyelesaian masalah dan langkah-langkah penyelesaian masalah dengan rinci dan runtut, dan menarik simpulan dari permasalahan matematis dengan benar dan sistematis; serta serta dapat menunjukan bahwa pengetahuan sebelumnya memengaruhi pengalaman belajar pada konteks materi baru dengan runtut dan sistematis.

Penyesuain diri sendiri

Peserta didik tidak menentukan rumus atau prosedur yang digunakan untuk menyelesaikan masalah matematis tersebut.masalah matematis tersebut.

Peserta didik menentukan rumus atau prosedur yang digunakan untuk menyelesaikan masalah matematis tersebut belum tepat dan terstruktur.

Peserta didik menentukan rumus atau prosedur yang digunakan untuk menyelesaikan masalah matematis tersebut  dengan tepat dan terstruktur.

Reflektif

Peserta didik tidak mampu merenung dan menganalisis terhadap diri sendiri tentan segala kebiasaan, pikiran, perasaan, dan keputusan yang telah dilakukan selama menjalani kehidupan sehari-hari.

Peserta didik mampu merenung dan menganalisis terhadap diri sendiri tentang segala kebiasaan, pikiran, peraasaan dan keputusan namun belum dilakukan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Peserta didik mampu merenung dan menganalisis terhadap diri sendiri tentang segala kebiasaan, pikiran, peraasaan dan keputusan yang telah dilakukan selama menjalani kehidupan sehari-hari.

Bijak

peserta didik tidak mampu menerima masukan dan kritikan serta melakukan defensive.

peserta didik mampu menerima masukan dan kritikan tetapi tetap  melakukan defensive.

peserta didik mampu menerima masukan dan kritikan tanpa defensive.

 

 

 

Penilaian dan Evaluasi dalam Pemahaman UbD

Implementasi Understanding by Design Dalam Pembelajaran Elsa Septyana (2553A31043)   Abstrak Pengembangan kurikulum merupakan upaya un...